BAB
I
KONSEP
MEDIS
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau senua kejadian patofisiologis sebagai berikut:
Klasifikasi
tumor otak berdasarkan nama sel yang terserang:
- Glioma
- Tumor
meningel
- Tumor
hipofisis
- Neurilemoma
/Neuroma akustik
- Tumor
metastasis
- Tumor
pembuluh darah
- Tumor
gangguan perkembangan (congenital)
- Pinealoma
(tumor adneksa)
B.
Etiologi
1)
Glioma
Glioma
disebabkan oleh sel-sel glia (mikroglia, oligodendroglia dan astrosit) yang
berkumpul membentuk parut sikatriks padat dibagian otak dimana neuron
menghilang.
2)
Tumor meningeal /
meningloma
Berasal
dari meningen, sel-sel mesotel dan sel-sel penyambung arakhnoid dan dura.
3)
Tumor hipofisis
Berasal Dari sel-sel kromofob, eosinofil
atau basofil dari hiofofisis anterior.
4)
Neuroma akustik
Tumor
yang barasal dari sel-sel schwann selubung saraf yang menyebabkan
serabut-serabut saraf otak kedelapan menjadi rusak.
5)
Tumor metastasis
Berasal
dari tumor atau kanker sistemik dari daerah lain yang bermetastase ke otak.
6)
Tumor pembuluh darah
Angioma
disebabkan malformasi arteriovenosa konginetal. Hemangioblastoma merupakan
neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vascular embriologis yang paling sering
diserebellum. Sindrome von Hippel-Lindau merupakan gabungan antara
hemangioblastoma serebellum, angiomatosis retina, dan kista ginjal dan
pancreas.
7)
Tumor gangguan
perkembangan (konginetal)
Kordopma
terdiri dari sel-sel yang berasal dari
sisa-sisa notokorda embrional dan dijumpai
pada dasar tengkorak.
Teratoma
akibat sumbatan pada ventrikel ketiga, akueduktus, atau ventrikel keempat.
Kraniofaringioma
berasal dari sisa-sisa duktus kraniofaringeal embrional (kantung rathkp) dan
umumnya terletak di posterior sela tursika.
C. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis.
Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu
perspektif waktu.
Gejala neurologik pada tumor otak biasanya
dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan
tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila penekanan pada jaringan
otak dan infiltrasi/invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang
tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi
secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler
primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya
sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan tekanan intra kranial dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa, karena tumor akan mengambil
ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
oedema dalam jaruingan otak. Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun
diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena
dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan
kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan
membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang
telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan
untuk menjadi efektif dan oelh karena ity tidak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja
menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan
cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak
diobati mengakibatkan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul bila girus
medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya
kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum
bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi
medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat
adalah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan
gangguan pernafasan).
Tumor otak terjadi karena adanya
proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah
central nervous system (CNS). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan
otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis
(gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
D. Manifestasi
Klinik
Trias
klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah dan papilidema.
1. Nyeri Kepala
Nyeri dapat digambarkan bersifat
dalam, terus-menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling
hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan
tekanan intracranial seperti membungkuk, batuk atau mengejan pada waktu buang
air besar.
Nyeri
kepala yang dihubungkan dengan tumor otak disebabkan oleh traksi dan Pergeseran struktur
peka nyeri dalam rongga intra cranial. Struktur peka nyeri ini termasuk arteri,
vena, sinus-sinus vena, dan saraf otak.
Lokasi nyeri kepala sepertiga
terjadi pada tempat tumor sedangkn sepertiga lainnya terjadi didekat atau
diatas tumor. Nyeri kepala oksipital merupakan gejala utama pada tumor fosa
posterior. Kira-kira sepertiga lesi supratentorial menyebabkan nyeri kepala
frontal.
2. Nausea dan Muntah
Nausea dan muntah terjadi akibat
rangsangan/iritasi pada pusat
vagat
di medulla oblongata, kadang-kadang juga dipengaruhi oleh asupan makanan.
Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak.
Muntah
dapat terjadi tanpa didahului nausea dan dapat proyektil.
3. Papiledema
Papiledema
disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan pada saraf optikus.
Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi, tanda ini mengisyaratkan peningkatan
TIK, namun sulit menggunakan tanda ini untuk mendiagnosis tanda ini. Menyertai
papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta
dan amaurosis fugaks.
E. Komplikasi
1.
Gangguan fungsi neurologis
2.
Gangguan kognitif
3.
Gangguan tidur dan mood
4.
Disfungsi seksual
F. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pencitraan
CT (CT Scan) untuk memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah, ukuran
dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya edema serebral sekunder, juga memberi
informasi tentang system ventrikuler.
2. MRI untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil.
Umumnya untuk mendeteksi tumor didalam batang otak didaerah hipofisis.
3. Biopsi
stereotaktik bantuan computer (tiga dimensi) untuk mendiagnosis kedudukan tumor
yang dalam dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan imformasi prognosis.
4. Angiografi serebral memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
5. Elektroensefalogram(EEG)untuk
mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
6. Penelitian
sitologis pada cairan serebrospinal (CSF) dapat dilakukan untuk mendeteksi
sel-sel ganas, karena tumor-tumor pada SSP mampu menggusur sel-sel kedalam
cairan serebrospinal.
G.
Penatalaksanaan
Variasi
pendekatan untuk pengobatan:
1. Pendekatan
pembedahan konvensional memerlukan insisi tulang (kraniotomi).
2. Pendektan
Stereotaktik. Laser atau radiasi dapat
dilepaskan dengan pendekaan stereotaktik. Radioisotop dapat juga ditempatkan
langsung kedalam tumor unuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor
(brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak disekitarnya.
3. Penggunaan
pisau gamma pada bedah radio sampai dalam, untuk tumor yang tidak dapat
dimasukkan obat.
4. Kemoterapi
dan terapi sinar radiasi eksternal
5. Transplantasi
sumsum tulang autolog intravena digunakan pada beberapa pasien yang akan
menerima kemoterapi karena keadaan ini penting sekali untuk menolong pasien
terhadap adanya keracunan pada sumsum tulang sebagai akibat dosis tinggi
kemoterapi dan radiasi. Sumsum tulang pasien diaspirasi sedikit, biasanya
dilakukan kepala iliaka dan disimpan pasien yang menerima dosis kemoterapi dan
terapi radiasi yang banyak
akan menghancurkan sejumlah besar sel-sel keganasan (malignan). Sumsum kemudian
diinfus kembali setelah pengobatan lengkap. Kortikosteroid boleh digunakan
sebelum pengobatan sesuai dengan diperkenankannya penggunaan obat ini, yang
didasari melalui evaluasi diagnostic dan kemudian menurunkan edema serebral dan
meningkatkan kelancaran serta pemulihan lebih cepat.
BAB
II
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Keperawatan
1)
Aktivitas / istirahat
Gejala: Keterbatasan akibat keadaan
Ketegangan
mata, sakit kepala yang hebat pada saat perubahan postur tubuh aktivitas (kerja)
Tanda : Gangguan tonus otot dan terjadi
kelemahan umum.
Gangguan penglihatan
Ataksia, masalah berjalan
2) Integritas
Ego
Gejala: Faktor-faktor stress emosional /
perubahan status emosional dan tingkah laku.
Perubahan dalam berhubungan
Depresi,
gangguan kepribadian
Disintegrasi
perilaku mental
Tanda : Bingung
Pelebaran rentang respon emosional
Ekstrem yang tidak ter
3) Makanan
cairan
Gejala : mual dan muntah
Tanda : Muntah (proyektil)
4) Neurosensori
Gejala : Pening, sakit kepala
Adanya aura atau
(visual, area halusinogenik, auditoris, tinnitus)
Kejang
Perubahan visual
Kelemahan progresif
/ paralysis
Tanda : Perubahan dalam
pola bicara / proses piker
Papiledema
Perubahan status mental
Gangguan penginderaan : penglihatan dan
pendengar
Ketidakseimbangan
Refleks tendon lemon
Afraksia,
hemiparese, atasia.
5) Nyeri / Kenyamanan
Gejala
: Nyeri hebat, menetap, menyeluruh atau intermitten Seringkali
membuat pasien terbangun, mungkin terlokakisasi pada posisi tertentu
Tanda
: Nyeri
Fokus menyempit
Respon emosional /
perilaku tak terarah
Otot-otot daerah
leher menegang, rigiditas nukal.
6)
Keamanan
Tanda : Sakit kepala
Gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisi, hipotoni
Penurunan kekuatan
Gangguan
penglihatan
7) Interaksi
sosial
Tanda
: Afasia motorik Masalah
dalam hubungan Interpersonal dalam
keluarga atau lingkungan sosialnya.
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Kurang
perawatan diri berhubungan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensori
serta penurunan kemampuan kognitif
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kakesia akibat pengaruh
tumor.
3. Nyeri
berhubungan dengan penekanan tumor
4. Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5. Ansietas
berhubungan dengan kemungkinan kematian, perubahan dalam penampilan.
6. Perubahan
proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
C. Intervensi
Keperawatan
1. Kurang
perawatan diri berhubungan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensori
serta penurunan kemampuan kognitif
Tujuan : Melakukan aktivitas
perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
Intervensi
a. Kaji
kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 0-4) untuk melakukan
kebutuhan sehari-hari
Rasional: Membantu dalam
mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
b. Hindari
melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri, tetapi
berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional: Pasien ini mungkin menjadi
sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun bantuan yang diberikan
bermanfaat dalam mencegah frustasi, adalah penting bagi pasien untuk melakukan
sebanyak mungkin untuk diri sendiri untuk mempertahankan harga diri dan
meningkatkan pemulihan
c. Sadari
perilaku (aktivitas) impulsif karena gangguan dalam pengambilan keputusan
Rasional: Dapat menunjukan kebutuhan
intervensi dan pengawasan tambahan untuk meningkatkan keamanan pasien
d. Pertahankan
dukungan, sikap yang tegas. Beri pasien waktu yang cukup untuk mengerjakan
tugasnya
Rasional: Pasien akan memerlukan empati
tetapi perlu untuk mengetahui pemberi asuhan yang akan membantu pasien secara
konsisten
e. Berikan
umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya
Rasional: meningkatkan perasaan makna
diri. Meningkatkan kemandirian, dan mendorong pasien untuk berusaha secara
kontinu
2.
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kakesia akibat pengaruh tumor.
Tujuan : - Mendemonstrasikan
pemeliharaan / kemajuan peningkatan berat badan sesuai tujuan
2. Tidak
mengalami tanda-tanda malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam rentang
normal
Intervensi
:
a. Kaji
kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi
Rasional: Faktor ini menentukan
pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien harus terlindungi dari
aspirasi.
b. Auskultasi
bising usus, catat adanya penurunan / hilangnya atau suara yang hiperaktif
Rasional: Bising usus membantu dalam
menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi.
c. Timbang
berat badan sesuai indikasi
Rasional: Mengevaluasi keefektifan atau
kebutuhan mengubah pemberian nutrisi
d. Jaga
keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala tempat
tidur selama makan atau selama pemberian makan lewat selang NG
Rasional
: Menurunkan resiko regurgitasi dan atau terjadinya respirasi
e.
Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur.
Rasional : Meningkatkan proses
pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang di berikan dan dapat
meningkatkan kerjasama pasien saat makan.
f. Tingkatkan
kenyamanan, lingkungan
yang santai termasuk sosialisasi saat makan. Anjurkan orang terdekat untuk
membawa makanan yang di sukai pasen
Rasional : Meskipun proses pemilihan
pasien memerlukan bantuan dan/atau menggunakan alat Bantu, sosialisasi waktu
makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan
menormalkan fungsi makan.
g. Berikan
makan dengan cara yang sesuai, seperti melalui selang NG, melalui oral dengan
makanan lunak dan cairan yang agak kental
Rasional: Pemilihan rute pemberian
tergantung pada kebutuhan dan kemampuan pasien. Makan melalui selang ( NG )
mungkin di perlukan pada awal pemberian.
3. Nyeri
berhubungan dengan penekanan tumor
Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang
/ terkontrol
3. Menunjukan
postur rileks dan mampu tidur / istirahat dengan tepat
Intervensi :
a. Berikan
lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
Rasional : Menurunkan reaksi terhadap
stimulasi dari luar atau sensifitas pada cahaya dan meningkatkan istirahat /
relaksasi.
b. Tingkatkan
tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
Rasional : menurunkan gerakan yang dapat
meningkatkan nyeri.
c. Letakkan
kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.
Rasional: Meningkatkan vasokonstriksi,
menumpulkan persepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri.
d. Dukung untuk menemukan
posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
Rasional : Menurunkan iritasi meningeal,
resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
e. Berikan
latihan rentang gerak aktif / pasif secara tepat dan masase otot daerah leher /
bahu.
Rasional : Dapat membantu merelaksasikan
ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau rasa tidaknyaman tersebut.
f.
Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
Rasional : mungkin di perlukan untuk
menghilangkan nyeri yang berat
4. Pola
napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
Tujuan : Mempertahankan
pola pernapasan normal / efektif, bebas
sianosis, dengan GDA dalam batas normal pasien.
Intervensi :
a. Pantau
frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. Catat ketidak teraturan pernafasan.
b. Catat kompetensi refleks gag
/ menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan napas sendiri, pasang
jalan napas sesuai indikasi.
c. Angkat
kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.
d. Anjurkan
pasien untuk melakukan napas dalam yang efektif jika pasien sadar.
e. Lakukan
penghisapan dengan ekstra hati-hati, jangan lebih dari 10-15 detik. Catat
karakter, warna, dan kekeruhan dari secret.
f. Auskultasi
suara napas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-suara tambahan
yang tidak normal ( seperti krekels, ronki, mengi)
g. Pantau
penggunaan dari obat-obat depresan pernapasan, seperti sedatif.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner and Sudarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol.2. EGC. Jakarta
Doengoes, E Marilyn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.
1 komentar:
Maaf itu referensi salah. Harusnya Vol.3
Thks
Posting Komentar