BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sebagian besar kejadian dan kesakitan yang disebabkan oleh
tromboflebitis seperti pada kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan paska
persalinan terjadi empat jam setelah kelahiran bayi. Karena itu penting sekali
memantau tromboflebitis secara ketat, khusunya kejadian saat persalinan
dilakukan.Jika sudah ada tanda-tanda yang menyerupai tromboflebitis segera
periksa apakah memang gejala tromboflebitis atau hanya gejala radang biasa.
Kita harus
dapat membedakan gejala antara tromboflebitis dengan flebotrombosis ataupun
radang biasa.Oleh karena itu, kita harus tahu sebenarnya gejala dari
keduanya agar dapat membedakannya sehingga kita dapat tanggap dalam
menanganinya,agar jangan sampai ke tahap yang lebih parah.
Selama kehamilan kejadiannya relatif rendah,risiko tromboflebitis vena
kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau operasi.
Insiden
tromboflebitis superfisial sekitar 1dalam 600 pasien-pasien antepartum dan 1
dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa pengertian dari tromboplebitis ?
2.
Apa Tanda dan gejala tromboplebitis ?
3.
Apa Prognosa tromboplebitis?
4.
Apa Indikasi tindakan tromboplebitis ?
5.
Bagaimana persiapan pasien, alat, petugas,
dan tindakan menangani tromboplebitis ?
6.
Kapan evaluasi tromboplebitis ?
7.
Bagaiman Standar operasional prosedur
tromboplebitis ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari tromboplebitis.
2.
Untuk mengetahui Tanda dan gejala tromboplebitis
3.
Untuk mengetahui Prognosa tromboplebitis
4.
Untuk mengetahui Indikasi tindakan tromboplebitis
5.
Untuk mengetahui persiapan pasien, alat,
petugas, dan tindakan menangani tromboplebitis
6.
Untuk mengetahui evaluasi tromboplebitis
7.
Untuk mengetahui Standar operasional
prosedur tromboplebitis
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1.
Pengertian tromboplebitis
1. Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah
melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku (Parwiriharjo, 2005).
2. Trombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan
merupakan penyebab penting dari kematian karena infeksi puerperalis. (Obtetri
Patologis FKUI, 2005).
3. Trombophlebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya (Pelayanan
Kesehatan Maternal Dan Neonatal, 2002).
4. Trombophlebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan
bekuan darah (thrombus) (Smeltzer, 2001).
5. Trombophlebitis dapat pula diartikan kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
vena sekunder akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau karena obstruksi
vena sebagian. Pembentukan bekuan sehubungan dengan stasis aliran darah,
abnormalitas dinding pembuluh darah, gangguan mekanisme pembekuan.
1.2.
jenis
– jenis tromboplebitis
Trombophlebitis dibagi menjadi 2,
yaitu:
1.
Pelvio trombophlebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai
vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina
dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena ovarika
dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian
atas uterus.
2. Trombophlebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis
mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis, vena poplitea dan
vena safena..(Abdul Bari Saifudin, dkk, 2002). Sering terjadi pada ibu yang Mempunyai varises pada vena, Berusia 30 tahun lebih dan pada saat
persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
1.3.
Tanda
dan gejala
1.Pelvio trombophlebitis
- Nyeri
perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
- Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
Mengigil
berulang kali.
Suhu badan naik turun secara
tajam (36°C menjadi 40°C)
dapat berlangsung selama 1-3
bulan
- Abses pada pelvis
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal
Neonatal hal :265)
2.Trombophlebitis
femoralis
- Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian
suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil
dan nyeri sekali.
- Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
·
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi
dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki
lainnya.
·
Seluruh bagian dari salah satu
vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
·
Nyeri hebat pada lipat paha dan
daerah paha
·
Reflektorik akan terjadi spasmus
arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan
pulsasi menurun.
·
Edema kadang-kadang terjadi
sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas,
tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
meluas dari bawah ke atas.
·
Nyeri pada betis, yang terjadi
spontan atau dengan memijat betis
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kebidanan Maternal
Neonatal hal :265)
1.4.
Prognosa
Yang paling dapat dipercaya untuk membuat
prognosis ialah nadi, jika nadi tetap dibawah 100, prognosis baik. Sebaliknya,
jika nadi diatas 130, apalagi jika tidak ikut dengan turunnya suhu, prognosis
kurang baik. Demam yang kontinyu lebih buruk prognosisnya daripada demam yang
remittens. Demam menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang
merupakan tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit
yang rendah atau sangat tinggi memperburuk prognosis juga kuman penyebab yang
ditentukan dengan pembiakan menentukan prognosis.
1.5.
Indikasi Tindakan
Untuk dapat meningkatkan
sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan bekuan
darah
Untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien
dengan mengurangi rasa nyeri
untuk mencegah bertambah luasnya trombus,
dan mengurangi bahaya emboli
1.6 Persiapan pasien, alat , petugas dan
tindakan
a.
Persiapan pasien :
-
Menyampaikan hasil pemeriksaan mengenai
keadaan pasien, apabila pasien dalam keadaan sadar.
-
Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
-
Meminta persetujuan kepada pasien apabila
pasien dalam keadaan sadar.
-
Meminta persetujuan kepada keluarga apabila
pasien dalam keadaan tidak sadar.
-
Mengatur posisi pasien.
b. Persiapan Alat
- Stocking pendukung
- Bed cradle
- Alat pemanas seperti lampu
c. Persiapan petugas :
-
Persiapan diri ( Pelindung diri )
-
Persiapan alat
d. Tindakan dan persiapan petugas
a. Pelvio Tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)
b. Tromboflebitis Femoralis
1. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
7. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
8. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
11. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan
16. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dlakukan.
a. Pelvio Tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)
b. Tromboflebitis Femoralis
1. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
7. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
8. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
11. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan
16. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dlakukan.
1.6.
Evaluasi
1. Apabila ibu mengatakan nyeri kaki dan betis agak berkurang,
demam berkurang dan bisa melakukan ambulasi dini serta saat pemeriksaan KU
baik, (Tromboflebitis masih dalam tahap penyembuhan) Anjurkan ibu untuk kontrol
4 hari kemudian.
2. Apabila ibu mengatakan nyeri pada kakinya tidak nyeri lagi,
tidak demam lagi, dan sudah bisa berjalan dengan lancar (tromboplebitis
teratasi)anjurkan ibu untuk segera periksa bila ada keluhan / masalah
1.7.
Standar operasional prosedur
URAIAN PROSEDUR
Trombophlebitis femoralis
Instruksi Dokter tercatat lengkap dan jelas pada rekam medic atau secara
lisan bila ada kurang dimengerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi
instruksi
Persiapan:
• stoking pendukung
• Bed cradle
Tindakan :
• tirah baring dan
mengangkat bagian kaki yang terkena
• menyediakan stoking
pendukung untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu memakai sebelum bangun
pagi dan melepasnya 2x sehari
• kaki dikompres dengan
air hangat
• Segera
setelah rasa nyeri hilang pasien ambulasi dini
URAIAN PROSEDUR
Pelvio Trombophlebitis
Instruksi Dokter tercatat lengkap dan jelas pada rekam medic atau secara
lisan bila ada kurang dimengerti segera tanyakan pada Dokter yang memberi
instruksi
Persiapan:
• Infus
set
Tindakan :
• Memberikan
heparin melalui infus intravena sebanyak 10.000 satuan tiap 6 jam
• diteruskan
dengan koumarin (misalnya warfarin) yang dapat diberikan mula-mula 10 mg sehari
kemudian 3 mg sehari
• Lakukan
pengawasan pemeriksaan protrombin berulang untuk mencegah perdarahan
• Pengobatan
dilanjutkan selama 6 minggu untuk kemudian dikurangi dan dihentikan dalam 2
minggu.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tomboflebitis
merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah.
Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena
ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan
dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan
penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele
Pillitteri, 2007).
B.
SARAN
1. Kepada klien
agar lebih mengetahui tentang tromboflebilitis baik pengertian maupun gejalanya
sehingga apabila
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kebidanan Maternal Neonatal
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saleha, Siti.2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta.Salemba Medika
Wheleer, Linda.2004.Buku Saku Asuhan Prenatal Dan Pascapartum. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran ECG
0 komentar:
Posting Komentar