BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Perdarahan
post partum adalah perdarahan atau hilangnya darah sebanyak lebih dari 500 cc
yang terjadi setelah anak lahir baik sebelum, selama atau sesudah kelahiran
plasenta. Menurut waktu kejadianya, perdarahan post partum sendiri dapat dibagi
atas perdarahan post partum primer yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi
lahir, dam perdarahan post partum sekunder yang terjadi lebih dari 24 jam
sampai 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Atonia uteri menjadi penyebab lebih daro 90% perdarahan
pasca persalinan. Lebidah dari separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu
24 jam setelah melahirkan.
Insiden perdarahan post partum pada Negara maju sekitar
5% dari persalinan, sedangkan di Negara berkembang bisa mencapai 28% dari
persalinan, danm menjadi masalah utama dalam kematian ibu, penyebabnya 90%
atonia uteri, 7% robekan jalan lahir, sisanya di karenakan retensio plasenta
dan gangguan pembekuan darah.
B. Rumusan
Masalah
1. Definisi
Perdarahan Post partum
2. Tanda
dan gejala perdarahan post partum
3. Prognosa
4. Indikasi
tindakan
5. Persiapan
pasien
6. Persiapan
alat
7. Persiapan
petugas
8. Penatalaksanaan
9. Tindakan
Evaluasi
10. SOP
(Standar Operasional Prosedur)
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan
selain untuk memenuhi tugas kampus, juga untuk mengetahui apa yang dimaksud perdarahan post partum, apa
yang menyebabkan dan bagaimana cara penagnanya sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Made
Korma Karkata
Pendarahan Post partum
primer adalah yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh
Atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir, dan res plasenta.
2. Wiknjosastro,
2005
Pendarahan post partum
primer : sejak kelahiran sampai 24 jam pasca partum.
3. Prof.dr.Ida
Bagus Gde Manuabah. 1996
Perdarahan post partum
primer atau early post partum Hemorrhage yang terjadi dalam 24 jam setelah anak
lahir. Penyebab utama post partum primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, res plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
B. Penyebab
1. Atonia
uteri
2. Retensio
plasenta
3. Sisa
plasenta dan selaput ketuban
4. Trauma
jalan lahir
5. Kelainan
pembekuan darah misalnya hipofibrnogenemia.
C. Tanda
dan Gejala
1. Uterus
tidak berkontraksi dan lembek.
Perdarahan segera
setelah anak lahir disertai dengan penyulit seperti shyok, bekuan darah pada
serviks atau posisi terlentang akan menghambat aliran darah keluar (atonia
uteri).
2. Darah
segar yang mengalir segera setelah bayi lahir, uterus berkontraksi dan keras,
plasenta lengkap.
Hal ini disertai dengan
penyulit seperti pucat, lemah dan menggigil (robekan jalan lahir).
3. Plasenta
belum lahir setelah 30 menit, pendarahan segera, uterus berkontraksi dan keras.
Ditemukan penyulit
seperti tali pusat putus akibat retraksi yang berlebihan, inversion uteri
akibat tarikan dan terjadi pendarahan lanjutan (retensio plasenta)
4. Plasenta
atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
Tidak lengkap, terjadi
perndarahan segera. Disertai dengan penyulit seperti uterus berkontraksi tetapi
tinggi fundus tidak berkurang (tertinggalnya sebagian plasenta atau res
plasenta).
D. Prognosa
Tidak adanya kontraksi
uterus atau myometrium dapat menyebabkan perdarahan dan jika tidak segera
ditindaki akan mengakibatkan kematian pada ibu.
E. Indikasi
tindakan
1. Atonia
uteri
2. Robekan
jalan lahir
3. Retensio
plasenta
F. Persiapan
Pasien
1. Menjelaskan
dan meminta persetujuan kepada pasien bahwa akan dilakukan suatu tindakan
untuk menghentikan perdarahan.
2. Memberikan
posisi senyaman mungkin kepada pasien agar tidak terlalu merasakan nyeri.
3. Jika
pasien dalam kondisi tidak sadar, makan beritahu keluarga dan meminta
peretujuan bahwa akan dilakukan suatu tindakan untuk menghentikan perdarahan.
G. Persiapan
Alat
1. Alat
pelindung diri (masker,kacamata,handscoen)
2. Obat
emergency
3. Obat-obatan
anti perdarahan
4. Cairan
infus
5. Tampon
H. Persiapan
Petugas
Memakai
alat pelindung diri seperti celemek, masker, sepatu boot, memakasi sarung
tangan untuk menghindari terjadinya infeksi silang.
I. Penatalaksanaan
1. Masase
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Alasan : Masase
merangsang
J. Evaluasi
1. jika uterus berkontraksi dan perdarah berkurang teruskan
melakukan kbi selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari
dalam vagina pantau kondisi ibu secara melekat selama kala 4.
2. jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung
periksa perineum vagina dari serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut
segera lakukan penjahitan jika ditemukan laserasi .
3. jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam 5 menit ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (Kbe) kemudian teruskan
dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya, minta tolong
keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
4. berikan 0,2mg Ergometryn IM (jangan berikan Ergometryn
dengan ibu hipertensi).
5. menggunakan jarum berdiameter besar ukuran 16 atau 18,
pasang infus dan berikan 500 ml larutan rl yang mengandung 20 unit oksitosin.
6. pakai sarung tangan steril atau dtt dan ulangi KBI
7. jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2
menit, segera lakukan rujukan (berarti bukan atonia uteri sederhana)
membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan
tindakan pembedahan dan transfusi darah.
8. dampingi ibu ke tempat rujukan . teruskan melakukan kbi
hingga ibu tiba ditempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang di infuskan
mencapai 1,5 liter dan kemudian berikan 125 ml per jam.
9. jika cairan iv tidak cukup, infuskan botol kedua berisi
500ml cairan dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan
cairan tambahan.
K. SOP
1. Segera
setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan massase uterus supaya
berkontraksi (selama maksimal 15 detik) untuk mengeluarkan gumpala darah.
Sambil melakukan massase uterus periksa plasenta dan selaput ketuban untuk
memastikan plasenta utuh dan lengkap.
2. Jika
perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik, berikan 10 unit
oksitosin IM.
3. Jikan
kandng kemih ibu bisa di palpasi, pasang kateter kedalam kandung kemih.
4. Periksa
laserasi pada perineum, vagina, dan serviks dengan menggunakan lampu yang
terang. Jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi, klem dengan forcep arteri
dan jahit laserasi dengan menggunakan anastesi local (lidocain 1%).
5. Jika
uterus mengalami atonia atau perdarahan terus terjadi, berikan massase uterus
untuk mengeluarkan gumpalan darah.
6. Periksa
lagi apakah plasenta utuh, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan
jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal.
7. Jika
kandung kemih ibu bisa di palpasi, pasang kateter kedalam kandung kemih
8. Lakukan
kompresi bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga berdarah bisa
dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik.
9. Anjurkan
keluarga untuk memulai persiapan rujukan.
10. Jika
perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
·
Terus kompresi bimanual 1-2 menit atau
lebih
·
Keluarkan tangan dari vagina dengan
hati-hati
·
Pantau kala IV bersalin dengan seksama.
Termasuk sering melalukakan massase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati
perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi.
11. Jika
perdarahan tidak terkendali dan uterus
tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit
setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus makan keluarkan tangan
dari vagina dengan hati-hati.
12. Jika
tidak ada hipertensi pada ibu maka berikan
metergin 0,2 mg IM.
13. Mulai
IV RL 500 cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum berlubang besar (16 atau 18
G) dengan teknik aseptic. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dan teruskan dengan IV RL
+ 20 unit oksitosin yang ke 2.
14. Jika
uterus tetap atonia dan atau perdarahan terus berlangsung ulangi kompresi
bimanual internal.
15. Jika
uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kala IV
persalinan dengan cermat.
16. Jika
uterus tidak berkontraksi rujuk segera ke tempat dimana operasi bisa dilakukan.
17. Bila
perdarahan tetap berlangsung dan kontraksi uterus tetap tidak ada, maka
kemungkinan terjadi rupture uteri, (syok cepat terjadi tidak sebanding dengan
darah yang Nampak keluar, abdomen teraba
keras dan fundus mulai membaik), lakukan kolaborasi dengan obsgyn.
18. Bila
kompresi bimanual tidak berhasil maka coba kompresi aurta. Cara ini dilakukan
pada keadaan darurat, sementra penyebab perdarahan sedang di cari.
19. Perkirakan
jumlah darah yang keluar dan cek dengan teratur
nadi, RR, dan TD.
20. Buat
catatan yang seksama tentang semua penilaian tindakan yang dilakukan dan
pengobatan yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perdarahan
post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir dan
akan berakibat fatal apabila tidak di tangani dengan tepat sehingga menyebabkan
kematian bagi ibu.
Penyebab
utama perdaraha post partum adalah atonia uteri, yang apabila tidak dapat
ditangani maka segera lakukan rujukan.
B.
Kritik dan Saran
Apabila dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat kesalahan, maka kami dari pihak penulis menghaturkan
permohonan maaf sebesar-besarnya karena kesemuanya tak lepas dari kodrat kami
sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Daftar Pustaka
·
Rahmawati Nur Eni. Ilmu Praktis
Kebidanan, Victory Inti Cipta. Surabaya : 2011
·
Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan
Edisi 2010. PT.Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta : 2010
0 komentar:
Posting Komentar