BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seseorang, baik pria maupun wanita,
dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari
12 gr/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan
karena dalam kehamilan kepeluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam
kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Karena defesiensi makanan
memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat di
pahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negeri-negeri yang sudah
berkembang, dibandingkan dengan negeri-negeri yang sudah maju. Menurut
penyelidikan Hoo Swie Tjiong frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%,
pseudoanemia 57,9% dan wanita hamil dengan Hb 12 gr/100 ml atau lebih sebanyak
23,6%, Hb rata-rata 12,3 gr/ml dalam trimester I, 11,3 gr/100 ml dalam
trimester II, dan 10,8 gr/100 ml dalam trimester III. Hal itu disebabkan karena
pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga
frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari anemia ?
2.
Apakah tanda dan gejala anemia ?
3.
Apakah penyebab dari anemia ?
4.
Bagaimana patofisiologi anemia ?
5.
Bagaimana klasifikasi dari anemia ?
6.
Bagaimana pengaruh anemia pada kehamilan,persalianan dan masa nifas ?
7.
Bagaimana penanganan anemia ?
C.
Tujuan
1. Diketahuinya
pengertian dari anemia.
2. Diketahuinya
tanda dan gejala anemia.
3. Diketahuinya penyebab dari anemia.
4. Diketahuinya patofisiologi anemia.
5. Diketahuinya klasifikasi dari anemia.
6. Diketahuinya pengaruh anemia pada
kehamilan,persalianan dan masa nifas.
7. Diketahuinya penanganan anemia.
BAB II
PEMBAHASAAN
A.
Pengertian Anemia
Anemia adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (HB) dalam darah kurang dari 12% (
Wiknjosastro, 2002 ).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar haemoglobin dibawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin
kurang dari 10,5% pada trimester 2. Nila batas tersebut dan perbedaan dengan
wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi terutama pada trimester 2 (
Saifuddin, 2002 ).
B. Tanda dan gejala
Anemia
Berkurangnya konsentrasi
hemoglobin selama masa kehamilan mengakibatkan suplay oksigen keseluruh
jaringan tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara
umum, sebagai berikut :
1. Lemah, malas, sering mengantuk
2. Pusing, lelah
3. Nyeri kepala
4. Luka pada lidah
5. Kulit pucat
6. Membrane mukosa pucat ( misal konjungtiva )
7. Bantalan kuku pucat
8. Tidak ada nafsu makan, mual dan mentah.
( Varney Helen. 2002, hal 152)
C. Penyebab Anemia
Penyebab umum dari anemia:
·
Perdarahan hebat
·
Kecelakaan
·
Pembedahan
·
Persalinan
·
Kurang zat besi
dalam diet
·
Perdarahan
hidung
·
Malabsorpsi
·
Perdarahan menstruasi yang
sangat banyak
D. Patofisiologi
Anemia lebih sering dijumpai
dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan zat-zat
makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah sum-sum
tulang. Penambahan voulme darah selama kehamilan lazim disebut dengan hidremia
atau hipervolemia. (Wiknjosastro, 2006 hal 448)
Perubahan hematologi sehubungan
dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat
terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Peningkatan massa sel darah merah
tidak cukup memadai untuk mengimbangi peningkatan volume plasma yang
menyebabkan terjadinya hidrenia kehamilan atau hemodelusi yang menyebabkan
terjadinya penurunan hematokrit (20-30 %), sehingga hemoglobin dari hemotokrit
lebih rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil. (Riswan, 2003).
Dalam kehamilan, jumlah darah
bertambah (hiperemia /hipervolemia) karena itu terjadi pengenceran darah karena
sel darah merah tidak sebanding dengan plasma darah. Secara fisiologis
pengenceran darah ini membantu meringankan kerja jantung. Pada ibu hamil sering
terjadi peningkatan volume plasma darah 30%, sel darah 18%, hemoglobin 19 %.
Maka frekuensi anemia dalam kehamilan:10-20%. (dr.H.M.A.Ashari,Sp.OG.(K).2002
Hal 30).
E. Klasifikasi
Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil dapat dibagi menjadi 4 golongan
yaitu : (Sarwono. 2002 hal 451 ).
1. Anemia defisiensi Besi ( 62,3 % )
adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah .
kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsure besi dengan
makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau
banyaknya besi keluar dari badan misalnya pada perdarahan.
2. Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan kekurangan asam
folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12, biasanya karena malnutrisis
dan infeksi yang kronik.
3. Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum
tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnose diperlukan pemeriksaan
darah tepi, lengkap, pemeriksaan fungsi sterna, pemeriksaan retikulosit.
4. Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel
darah merah lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan hemolitik sukar
menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat
sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada
wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Gejala utama pada anemia ini
adalah dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan serta
gajala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ vital.
F. Pengaruh anemia
pada kehamilan, persalinan, nifas, dan janin
( Manuaba. 1998 Hal 31-32 ).
a. Pengaruh anemia dalam kehamilan
1. Dapat terjadi Abortus
2. Persalinan premature
3. Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4. Mudah terjadi infeksi
5. Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
6. Hiperemesis gravidarum
7. Perdarahan antepartum
8. Mola hidatidosa Dan Ketuban pecah dini ( KPD )
b. Pengaruh Anemia Dalam Persalinan
1. Gangguan kekuatan His.
2. Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
3. Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan.
4. Kala III dapat diikuti retensio plasenta post partum karena atonia
uteri.
5.
Kala IV dapat
terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
c. Pengaruh Anemia dalam Masa Nifas
1. Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri.
2. Memudahkan infeksi puerperium.
3. Pengeluaran ASI berkurang.
G.
Penanganan
1. Anemia defisiensi Besi
Anemia ini dapat dicegah yaitu dinasehatkan untuk
makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral dan
vitamin. Kemasdan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.
-
Pengobatan
dengan peroral : sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis
3-5x 0,20mg.
-
Parenteral :
diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi disalurkan
pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena.
Kemasan ini antara lain : imferon, jectofer dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dari
peroral.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia ini dapat diobati dengan :
-
Asam folat
15-30mg /hari
-
Vitamin B12 3x1
tablet/hari
-
Sulfat ferosus
3x1 tablet/hari
-
Pada kasus berat
dan pengobatan peroral lamban hasilnya dapat diberikan transfuse darah.
3. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dapat di berikan obat penambah
darah, apabila tidak berhasil maka satu – satunya cara untuk memperbaiki
keadaan penderita ialah transfusi darah, yang sering perlu diulang sampai
beberapa kali sampai keadaan penderita membaik.
4.
Anemia Hemolitik
pengobatan tergantung pada jenis anemia hemolitik
serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas maka
diberikan obat-obat penambah darah. Apabila pada pemberian obat-obatan ini
tidak memberikan hasil maka dilakukan
transfusi darah yang berulang sehingga dapat membantu pengobatan ini.
0 komentar:
Posting Komentar