Kamis, 17 Juli 2014

MAKALAH KELAINAN JANTUNG PADA KEHAMILAN

Diposting oleh Unknown di 01.20 0 komentar


BAB II
PEMBAHASAN

  1. Pengertian penyakit jantung dalam kehamilan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPE7naI6xbds1dXZR3wp2sxgzV9yZK1UHBSIJPO4HBKvNnugN15n7R7NPo7o7MVfpJGHt7NmxUEnJQqWnVi9bU9AThH1lzane2BdbdazR9YlsWwLelpwe_yPOfwtrIE8Fs4qq9xewXGFQ/s1600/Jantung+Bengkak.jpg            Kehamilan menyebabkan terjadinya  sejumlah perubahan fisiologis dari sistem kardiovaskuler yang akan dapat di tolerir dengan baik oleh wanita yang sehat, namun akan menjadi ancaman yang berbahaya bagi ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung sebelumnya . tanpa diagnosis yang akurat dan pebanganan yang baik maka penyakit jantung dalam kehamilan dapat menimbulkan mortalitas ibu yang signifikan.
            Peningkatan estrogen dan progesteron menyebabkan perubahan pembuluh darah menjadi lebih lebar. Serta terjadi  peningkatan pembuluh darah sebesar 25 -30% dan peningkatan sel darah sebanyak 20% dari jumlah sebelum hamil. Sel darah meningkat sampai 33% tetapi kerena peningkatan volume plasma yang lebih besar dari pada eritrosit dalam darah  sehingga menyebabkan viskositas darah berkurang yang di sebut hemodilusi atau pengeceran darah. Hemodilusi atau pseudenomia dapat menyababkan anemi fisiologis pada kehamilan.
            Banyaknya perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita hamil nampaknya mempersulit diagnosis kelainan jantung, misalnya bising jantung fisiologis sering di temukan pada wanita hamil normal, demikian pula dengan dyspnea dan edemcunninghem dkk menyatakan bahwa diagnosis penyakit jantung pada kehamilan jangan di tegakkan bila tidak ada kelainan yang di temukan sebaliknya  jangan gagal dan terlambat menegakkan diagnosis  bila memang ada kelainan. Martin dkk(1999) melaporkan bahwa kelainan jantung  merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak  pada wanita usia 25 – 44 tahun.
            Hemodinamik menggambarkan hubungan antara tekanan darah curah jantung dan resistensi  vaskuler . pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara auskultasi  atau secara langsung dengan kateter intra-arterial. Curah jantung dapat diukur dengan tekhnik pengeceran melalui vena sentral, tekhnik dopler, ekokardiografi dua dimensi atau dengan impendansi elektrik.
            Curah jantung merupakan hasil perkalian stroke volume dan denyut jantung. Denyut jantung dan stroke volume meningkat seiring  dengan bertambahnya usia kehamlan . setelah 32 minggu, stroke volume menurun dan curah jantung  sangat tergantung dengan denyut jantung. Resistensi vaskuler menurun pada trimester pertama dan awal trimester kedua. Denyut jantung  tekanan darah, dan curah jantung akan meningkat pada saat ada kontraksi uterus.  Jadi tiga perubahan hemodinamik utama yang terjadi pada masa kehamilan: peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, dan penurunan resistensi perifer.
            Segera setelah persalinan darah dari uterus akan kembali  ke sirkulasi sentral. Pada kehamilan normal,  mekanisme konpensasi ini akan melindungi ibu dari efek hemodinamik yang terjadi akibat pendarahan postpartum , namun bila ada kelainan jantung maka sentralisasi darah yang akut ini akan meningkatkan tekanan pulmonar dan terjadi kongesti paru. Dalam dua minggu pertama postpartum terjadi mobilisasi cairan ekstra vaskuler dan diuresis. Pada wanita dengan stenosis katup mitral dan kardiomiopati sering terjadi dekompensasi jantung pada masa  mobilisasi cairan postpartum. Curah jantung biasanya akan kembali normal setelah 2 minggu postpartum.
            Takikardi akan mengurangi pengisian  ventrikel kiri, mengurangi perkusi pembuluh darah koroner pada saat diastol dan secara simultan kemudian meningkatkan kebutuhaan oksigen pada miokardium.  Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen  akan memicu terjadinya iskemia miokard. Tiga perubahan hemodinamik yang berhubungan dengan penanganan penyakit jantung adalah: peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, dan penurunan resistensi vaskuler.
            Pada awal kehamilan terjadi ekspansi aliran darah ginjal dan peningkatan laju filtrasi glomerulus. Natrium yang di filtrasi meningkat hampir 50%, meskipun perubahan perubahan fisiologis ini akan meningkatkan pengeluaran  natrium dan air tejadi pula  peningkatan volume darah sebesar 40-50%. Sistem renin angiotensin akan di aktifkan dan konsentrasi aldesteron dalam plasma akan meningkat.
            Penambahan volume plasma akan menyebabkan penurunan hematokrit dan merangsang  hematopoisis.  Massa sel sel darah merah akan bertambah dari 18 %  menjadi 25% tergantung pada cadangan besi tiap individu. Keadaan “anemia fisiologis” ini biasanya tidak menyebabkan komplikasi pada jantung ibu, namun anemia yang lebih  berat akan meningkatkan kerja jantung  dan menyebabkan terjadinya takikardia. Mikrotisosia\s akibat defisiensi besi dapat memperburuk perfusi pada sistem mikrosirkulasi penderita polisitemia yang berhubungan dengan penyakit jantung sianotik sebab sel sel darah merah yang mikrositik sedikit yang di rubah. Keadaan ini membutuhkan suplai besi dan asam folat.
            Kadar albumin serum  akan menurun 22%  meskipun massa albumin intravaskuler bertambah 20% akibatnya terjadi  penurunan tekanan onkotik serum dari 22 mmHg menjadi 19 mmHg. Pada kehamilan normal balans cairan intravaskuler  di pertahankan oleh penurunan tekanan onkotik intertitial, namun bila terjadi peningkatan tekananpengisian ventrikel  kiri atau bila terjadi gangguan  pada pembuluh darah paru maka

B.   Etiologi
            Lesi kongenital bertanggung jawab pada > 50 % penyakit jantung dalam kehamilan. Penyebab lainnya: arteri koroner, hipertensi, disfungsi laroid

C.   Diagnosis
http://git.web.id/wp-content/uploads/2013/10/Sayangi-Jantung.jpg            Kebanyakan wanita dengan kelainan jantung telah terdiagnosis sebelum kehamilan, misalnya pada mereka yang pernah menjalani operasi karena kelainan jantung kongenital maka akan mudah untuk mendapat informasi yang rinci. Sebaliknya penyakit jantung pertama kali di diagnosis saat kehamilan bila ada gejala yang di picu oleh peningkatan kebutuhan jantung.

            Gejala klasik penyakit jantung adalah: palpitasi, sesak nafas, dan nyeri dada. Berhubung karena gejala ini juga berhubungan denan kehamilan normal maka perlu melakukan anamnesis yang cermat untuk menentukan apakah gejala ini sudah tidak berhubungan dengan kehamilan normal.

            Pemeriksaan diagnostik lanjut perlu di lakukan padawanita hamil yang mempunyai: riwayat kelainan jantung , gejal yang melebihi kehamilan normal, bising patologi, tanda kegagalan jantung pemeriksaan fisik atau desaturasi oksigen arteri tanpa kelainan paru. Pemeriksaan yang tepat untuk menilai wanita hamil dengan dugaan kelainan jantung adalah’’ ekokardiografi transtorasik’’. Pemeriksaan radiografi paru hanya bermanfaat pada dugaan kegagalan jantung. Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) nampaknya tidak spesifik. Bila ada gejala aritmia jantung yang menetap maka perlu dilakukan monitor EKG selam 24 jam. Kateterisasi  jantung jarang di perlukan untuk membuat diagnosis penyakit jantung kongenital atau kelainan katup jantung., namun pemeriksaan ini bermanfaat bila ada gejala penyakit jantung koroner akut selama kehamilan sebab mempunyai paparan  radiasi yang kecil sehingga diagnosis dapat di tegakkan lebih dini dan dapat di lakukan evaskularisasi untuk  mencegah infark miokard

Beberapa indikator klinik dari penyakit jantung dalam kehamilan
1.    Gejala
a.    Dispnea yang progresif atau orthopnhea
b.    Batuk pada malam hari
c.    Hemoptisis
d.    Sinkop
e.    Nyeri dada
2.    Tanda tanda klinik
a.    Sianosis
b.    Clubbing pada jari jari
c.    Distensi vena di daerah leher yang menetap
d.    Bising sistolik derajat 3/6 atau lebih
e.    Bising diastolik
f.     Kardiomegali
g.    Aritmia persisten
h.    Terpisahnya bunyi jantung dua yang persisten
i.      Adanya kriteria hipertensi pulmonal


D.   Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
            Klasifikasi penyakit jantung yang sifatnya fungisional dan berdasarkan keluhan keluhan yang dahulu dan sekarang di alami oleh penderita – seperti telah di terima oleh new york heart association – sangat praktis dalam penanggulangan dan penentuan prognosis penyakit jantung dalam kehamilan. Klasifikasi itu ialah sebagai berikut:

Kelas I
            Para penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan fisik, dan tanpa gejala –gejala penyakit jantung apabila mereka melakukan kegiatan biasa.
Kelas II
            Para penderita penyakit jantung dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik biasa menimbulkan gejala gejala insufiensi jantung, seperti kelelahan, jantung berdebar (palpitasi kordis), sesak nafas atau angina pektoris.
Kelas III
            Para penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak mengekuh apa apa waktu istirahat, akan tetapi  kegiatan fisikyang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala gejal insufiensi jantung seperti di sebut dalam kelas II.
Kelas IV
            Para penderita penyakit jantung yang tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat timbul gejala gejala insufiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik walaupun yang sangat ringan.

E.   Komplikasi penyakit jantung  dalam kehamilan
            Prognosis penyakit jantung dalam kehamilan bagi ibu dan janin , yakni bergantung pada beratnya penyakit, umur dan penyulit penyulit lain. Begitu ibu pengawasan pengobatan , pimpinan persalinan , dan kerja sama dengan penderita serta kepatuhan dalam mentaati larangan, ikut menentukan prognosis. Angka kematian meternal secara keseluruhan 1 – 5 %, angka kematian maternal  bagi penderita berat : 15%, bagi janin bila penyakit jantung tidak terlalu berat  tidak begitu mempengaruhi kematian perinatal. Namunpada penyakit yang berat, prognosis akan buruk karena akan tejadi gawat janin.
Pengaruh penyakit jantung pada kehamilan:
1.    Dapat terjadi abortus
2.    Prematuritas
3.    Dismaturitas
4.    Lahir dengan nilai apgar rendah atau lahir mati
5.    Kematian janin dalam rahim (KJDR)

F.    Penatalaksanaan
Peranan bidan selama kehamilan ibu dengan penyakit jantung ini berlangsung sangatlah penting :
1.    Memberikan pengertian kepada ibu hamil  untuk melaksanakan pengawasan antenatal yang teratur
2.    Kerja sama dengan ahli penyakit dalam atau kardiolog
3.    Pencegahan terhadap kenaikan berat badan dan retensi airyang berlebihan. Jika terdapat anemia harus di obati.
4.    Timbulnya hipertensi atau hipotensi akan memberatkan kerja jantung, hal ini harus di obati.
5.    Bila terjadi keluhan yang amat berat,seperti sesak nafas, infeksi  saluran  pernafasan, dan sianosis, maka harus di rawat di rumah sakit.
6.    Skema kunjungan antenatal : setiap dua minggu menjelang kehamilan 28 minggu dan satu kali seminggu setelahnya.
7.    Harus cukup istirahat, cukup tidur,  diet rendah garam, dan pembatasan jumlah cairan
8.    Pengobatan khusus bergantung pada kelas penyakit.:
Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan

Kelas II
Biasanya tidak memerlukan terapi tambahan. Mengurangi kerja fisik terutama antara kehamilan 28 – 36 minggu.

Kelas III
Memerlukan digitalisasi atau obat tambahan, sebaiknya di rawat di rumah sakit sejak kehamilan berusia 28 – 30 minggu.
Kelas IV
Harus di rawat di rumah sakit dan di berikan pengobatan, bekerja sama dengan kardiolog. Mempertimbangkan penyakit jantung yang spesifiknya, kondisi ibu keseluruhan, ketersediaan dan pengalaman ahli  anestesi, serta fasilitas yang ada.
Penderita kelas I dan kelas II biasanya dapat meneruskan kehamilan , dan bersalin pervaginam, namun dengan pengawasan yang baik serta kerja sama dengan ahli penyakit dalam
Penderita kelas III dan IV  tidak boleh hamil karena  kehamilan akan membahayakan jiwanya. Bila hamil,segera konsultasiakan  ke dokter ahli sedini mungkin abortus buatan medikalis. Pada kasustertentu tubektomi, bila tidak mau sterilisasi, di anjurkan memakai kontrasepsi yang baik adalah IUD (AKDR). Penatalaksanaan kelas III dan IV pada penyakit yang tidak terlalu parah, di anjurkan anelgesia epidural, kelahiran pervaginam di anjurkan pada sebagian besar kasus yang ada indikasi obstetrinya, keputusan untuk SC  juga harus di pertimbangkan.



BAB III
      PENUTUP  
Kesimpulan
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi  yang menyebabkan jantung tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal tersebut di sebabkan oleh otot jantung yang lemah ( kelainan bawaan sejak lahir), dan adanya celah antara serambi kanan atau serambi kiri. Oleh karena tidak sempurnanya pembentukan lapisan yang memisahkan antara kedua serambi saat penderita masih dalam kandungan. Hal ini menyebabkan darah bersih dan darah kotor bercampur.
Penyakit jantung dapat menyerang siapa saja, entah orang tua, anak kecil, pria atau wanita. Pada umumnya penyakit jantung timbul karena pola hidup yang kurang sehat sehingga memicu timbulnya penyakit jantung. Selain itu ada juga beberapa penyakit yang dapat berdampak pada kesehatan jantung pula.
Saran
Saran Penanganan yang tepat dan keinginan wanita untuk sembuh dengan mentaati berbagai pantangan serta mengikuti semua aturan sesuai dengan sistem kesehatan akan mengurangi tingkat epidemiologi penyakit jantung pada saat kehamilan. Tentunya juga akan mengurangi angka kematian pada bayi dan ibu hamil di negara indonesia



DAFTAR  PUSTAKA

Patel Chandra, Panduan Praktis Mencegah & Mengobati Penyakit Jantung, tr.by: Alextri Aantjono Widodo, PT Gramedia, Jakarta, 1998.
Eeasterling TR, Otto C. Heart desease.: in gabbe, editor. Obstetrics-normal and problem and problem pregnancies. 4 th ed. London: churchill livingstone Inc: 2002.p.1005-30.

MAKALAH KELAINAN DARAH

Diposting oleh Unknown di 01.08 0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Seseorang, baik pria maupun wanita, dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 gr/100 ml. Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu disebabkan karena dalam kehamilan kepeluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3nFxxVXQb70r9lbiWJnVzZtqLjzwtlbooQxJp8xgE_eGc-ScY7seY9Knawe33N_990gg4JkkKVeb67oZpx-TMaMLP9MqI9ncsb6vr3hKd8MYEKTMQSrA04-zrjJCEPn79kemOMIRaLUw/s1600/sickle_cell_anemia21-300x249.jpg 
Di seluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20%. Karena defesiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat di pahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negeri-negeri yang sudah berkembang, dibandingkan dengan negeri-negeri yang sudah maju. Menurut penyelidikan Hoo Swie Tjiong frekuensi anemia dalam kehamilan setinggi 18,5%, pseudoanemia 57,9% dan wanita hamil dengan Hb 12 gr/100 ml atau lebih sebanyak 23,6%, Hb rata-rata 12,3 gr/ml dalam trimester I, 11,3 gr/100 ml dalam trimester II, dan 10,8 gr/100 ml dalam trimester III. Hal itu disebabkan karena pengenceran darah menjadi makin nyata dengan lanjutnya umur kehamilan, sehingga frekuensi anemia dalam kehamilan meningkat pula.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari anemia ?
2.      Apakah tanda dan gejala anemia ?
3.      Apakah penyebab dari anemia ?
4.      Bagaimana patofisiologi anemia ?
5.      Bagaimana klasifikasi dari anemia ?
6.      Bagaimana pengaruh anemia pada kehamilan,persalianan dan masa nifas ?
7.      Bagaimana penanganan anemia ?

C.    Tujuan
1.      Diketahuinya  pengertian dari anemia.
2.      Diketahuinya  tanda dan gejala anemia.
3.      Diketahuinya penyebab dari anemia.
4.      Diketahuinya patofisiologi anemia.
5.      Diketahuinya klasifikasi dari anemia.
6.      Diketahuinya pengaruh anemia pada kehamilan,persalianan dan masa nifas.
7.      Diketahuinya penanganan anemia.

BAB II
PEMBAHASAAN

A.    Pengertian Anemia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibS5J9VmCPU1HSDdKEAzgWCbEh3Tx74FHmsFqQYi6aPRJJXyLMZGE0edR7r2mhl9EN9eByt1xfT3Lqvk768MsevST4jTb5AgXlCIm7O1tMg-6x-O4BMwG-iX-F19EvjX75oa1HeL0LSmQ/s400/sferositosis.jpgAnemia adalah  kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (HB) dalam darah kurang dari 12% ( Wiknjosastro, 2002 ).

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar haemoglobin kurang dari 10,5% pada trimester 2. Nila batas tersebut dan perbedaan dengan wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi terutama pada trimester 2 ( Saifuddin, 2002 ).

B.     Tanda dan gejala Anemia
Berkurangnya konsentrasi hemoglobin selama masa kehamilan mengakibatkan suplay oksigen keseluruh jaringan tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara umum, sebagai berikut :
1.    Lemah, malas, sering mengantuk
2.    Pusing, lelah
3.    Nyeri kepala
4.    Luka pada lidah
5.    Kulit pucat
6.    Membrane mukosa pucat ( misal konjungtiva )
7.    Bantalan kuku pucat
8.    Tidak ada nafsu makan, mual dan mentah.
( Varney Helen. 2002, hal 152)



C.    Penyebab Anemia
Penyebab umum dari anemia:
·         Perdarahan hebat
·         Kecelakaan
·         Pembedahan
·         Persalinan
·         Pecah pembuluh darah
·         Kurang zat besi dalam diet
·         Perdarahan hidung
·         Malabsorpsi
·         Perdarahan menstruasi yang sangat banyak

D.    Patofisiologi
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam kehamilan keperluan zat-zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah sum-sum tulang. Penambahan voulme darah selama kehamilan lazim disebut dengan hidremia atau hipervolemia. (Wiknjosastro, 2006 hal 448)

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Peningkatan massa sel darah merah tidak cukup memadai untuk mengimbangi peningkatan volume plasma yang menyebabkan terjadinya hidrenia kehamilan atau hemodelusi yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30 %), sehingga hemoglobin dari hemotokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil. (Riswan, 2003).

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia /hipervolemia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel darah merah tidak sebanding dengan plasma darah. Secara fisiologis pengenceran darah ini membantu meringankan kerja jantung. Pada ibu hamil sering terjadi peningkatan volume plasma darah 30%, sel darah 18%, hemoglobin 19 %. Maka frekuensi anemia dalam kehamilan:10-20%.  (dr.H.M.A.Ashari,Sp.OG.(K).2002 Hal 30).

E.     Klasifikasi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu : (Sarwono. 2002 hal 451 ).
1.      Anemia defisiensi Besi ( 62,3 % )  adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah . kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsure besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan misalnya pada perdarahan.
2.      Anemia Megaloblastik adalah anemia yang disebabkan kekurangan asam folat, jarang sekali karena kekurangan vitamin B12, biasanya karena malnutrisis dan infeksi yang kronik.
3.      Anemia Hipoplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnose diperlukan pemeriksaan darah tepi, lengkap, pemeriksaan fungsi sterna, pemeriksaan retikulosit.
4.      Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya biasanya menjadi lebih berat sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. Gejala utama pada anemia ini adalah dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan serta gajala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ vital.

F.      Pengaruh anemia pada kehamilan, persalinan, nifas, dan janin
 ( Manuaba. 1998 Hal 31-32 ).
a.    Pengaruh anemia dalam kehamilan
1.      Dapat terjadi Abortus
2.      Persalinan premature
3.      Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4.      Mudah terjadi infeksi
5.      Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
6.      Hiperemesis gravidarum
7.      Perdarahan antepartum
8.      Mola hidatidosa Dan Ketuban pecah dini ( KPD )

b.    Pengaruh Anemia Dalam Persalinan
1.      Gangguan kekuatan His.
2.      Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
3.      Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
4.      Kala III dapat diikuti retensio plasenta post partum karena atonia uteri.
5.      Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.

c.    Pengaruh Anemia dalam Masa Nifas
1.      Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri.
2.      Memudahkan infeksi puerperium.
3.      Pengeluaran ASI berkurang.

G.    Penanganan
1.      Anemia defisiensi Besi
Anemia ini dapat dicegah yaitu dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral dan vitamin. Kemasdan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral.
-          Pengobatan dengan peroral : sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis
3-5x 0,20mg.
-          Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi disalurkan pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain : imferon, jectofer dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dari peroral.
2.      Anemia Megaloblastik
Anemia ini dapat diobati dengan :
-          Asam folat 15-30mg /hari
-          Vitamin B12 3x1 tablet/hari
-          Sulfat ferosus 3x1 tablet/hari
-          Pada kasus berat dan pengobatan peroral lamban hasilnya dapat diberikan transfuse darah.
3.      Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik dapat di berikan obat penambah darah, apabila tidak berhasil maka satu – satunya cara untuk memperbaiki keadaan penderita ialah transfusi darah, yang sering perlu diulang sampai beberapa kali sampai keadaan penderita membaik.
4.      Anemia Hemolitik
pengobatan tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas maka diberikan obat-obat penambah darah. Apabila pada pemberian obat-obatan ini tidak memberikan hasil maka dilakukan  transfusi darah yang berulang sehingga dapat membantu pengobatan ini.







PESONA CERDAS. Diberdayakan oleh Blogger.
 

PESONA CERDAS Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting